Selasa, 30 November 2010

Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme

1. Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi

Sikap yang negative terhadap sesuatu, disebut prasangka. Walaupun dapat kita garis bawah bahwa prasangka dapat juga dalam pengertian positif. Tidak sedikit orang orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang orang yang lebih sukar untuk berprasangka.

1.1 Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi

a. Berlatar belakang sejarah

Orang orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka negative terhadap orang orang negro

b. Dilatarbelakangi oleh perkembangan sosio – cultural dan situasional.

Suatu prasangka muncul dan berkembang dari suatu individu terhadap individu lain atau terhadap kelompok social tertentu.

c. Bersumber dari factor kepribadian

Keadaan frustasi dari beberapa orang atau kelompok social tertentu merupakan kondisi yang cukup untuk menimbulkan tingkah laku agresif.

d. Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama

Bisa ditambah lagi dengan perbedaan pandagan politik, ekonomi dan ideology. Prasangka yang berakar dari hal hal tersebut di atas dapat dikatan sebagai suatu prasangka yang bersifat universal.

1.2. Daya upaya untuk mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi

a. Perbaikan kondisi social ekonomi

Pemerataan pembagunan dan usaha peningkatan pendapatan bagi warga Negara Indonesia yang masih tergolong di bawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan kesenjangan social antar si kaya dan si miskin.

Melalui pelaksanaan program program pembangunan yang mantap yang didukung oleh lembaga lembaga ekonomi pedesaan seperti BUUD dan KUD, juga melalui program Kredit Candak Kulak, Kredit Modal Kerja Permanen, dan dalam sector pertanian dengan program Intensifikasi Khusus, Proyek Perkebunan Inti Rakyat, juga Proyek Tebu Rakyat.

b. Perluasan kesempatan belajar

Adanya usaha usaha pemerintah dalam perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warganegara Indonesia, paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan, terutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah dan kalangan atas.

Untuk mencapai jenjang pendidikan tertentu di perguruan tinggi memang mahal, disamping itu harus memiliki kemampuan otak dan modal. Mereka akan selalu tercecar dan tersisih dalam persaingan memperbutkan bangku sekolah. Masih beruntung bagi mereka yang memiliki kemampuan otak. Jika dapat mencapai prestasi tinggi dan dapat dipertahankan secara konsisten, beasiswa yang aneka ragam itu dapat diraih dan kantongpun tidak akan kering kerontang.

c. Sikap terbuka dan sikap lapang

Harus selalu kita sadari bahwa berbagai tantangan yang datang dari luar ataupun yang datang dari dalam negeri, semuanya akan dapat merongrong keutuhan Negara dan bangsa. Kebhinekaan masyarakat berikut sejumlah nilai yang melekat, merupakan basis empuk bagi timbulnya praskangka, diskriminasi dan keresahan.

2. Etnosentrisme

Setiap suku bangsa atau ras tertentu akan memiliki cirri khas kebudayaan yang sekaligus menjadi kebanggaan mereka. Suka bangsa, ras tersebut dalam kehidupan sehari hari bertingkah laku sejalan dengan norma norma, nilai nilai yang mengandung dan tersirat dalam kebudayaan tersebut.

Suku bangsa, ras tersebut cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah satu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik, kurang estetis, bertentangan dengna kodrat alam dan sebagainya. Hal hal tersebut di atas dikenal sebagai ETNOSENTRISME, yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai nilai dan norma norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.

Etnosentrisme nampaknya merupakan gejala social yang universal, dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian etnosentrisme merupakanda kecendrungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi Nampak canggung, tidak luwes. Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar ideology Chauvinisme pernah dianut oleh orang orang jerman pada zaman nazi hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggur dari bangsa bangsa lain dan memandang bangsa bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista, dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar