Selasa, 30 November 2010

Kebudayaan


a. Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di Indonesia

Zaman batu sampai zaman logam

Terbagi dalam :

- Zaman batu tua (Palaelolithikum)

- Zaman batu muda (Neolithikum)

Alat – alat pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun permukaan peralatan masih kasar – kasar, misalnya kapak genggam.

Zaman batu muda benar – benar membawa revolusi dalam kehidupan manusia. Pada zaman ini mereka mulai menetap, membuat rumah, membentuk kelompok masyarakat desa, bertani dan berternak untuk bertahan hidup. Penyelidikan – penyelidikan lebih lanjut menemukan bahwa manusia – manusia zaman batu itu telah mengenal dan memiliki keahlian mengecor/mencairkan logam dari biji besi, dan menuangkan kedalam cetakan – cetakan serta mendinginkannya. Oleh karena itu mereka mampu membuat aneka ragam senjata berburu dan berperang serta alat2 lain yang mereka butuhkan.

Hal yang perlu dicatat tentang permulaan zaman logam ini adalah, kenyataan yang jelas bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah mengenal kebudayaan yang tingii derajatnya, dan zaman tersebut pada dasarnya penting sekali untuk perkembangan sejarah Indonesia selanjutnya.


Kebudayaan Hindu, Budha dan Islam

b.

1. Kebudayaan Hindu dan Budha

Pada abad ke-3 dan abad ke-4 agaman Hindu masuk ke Indonesia. Khususnya ke pulau Jawa.

Sekitar abad ke-5 ajaran Budha atau Budhisme masuk ke Indonesia. Khusunya ke pulau Jawa. Agama / ajaran agama Budha dapat dikatakkan berpandangan lebih maju dari pada Hinduisme, sebab Budha tidak menghendaki adanya kasta – kasta dalam masyarakat.

2. Kebudayaan Islam

Pada abad ke-15 dan ke-16 agama Islam telah dikembangkan di Indonesia oleh para pemuka – pemuka Islam yang disebut dengan Wali Sanga.

Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Kebudayaan Islam memberikan saham yang besar bagi perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia.

k

kebudayaan barat

Awal kebudayaan barat masuk ke Indonesia ketika kaum kolonialis / penjajah mengedor masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda. Mulai dari penguasaan dan kekuasaan perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan pemerintah kolonialis Belanda, di kota – kota provinsi, kabupaten muncul bangunan – bangunan dengan gaya arsitektur Barat.

Terbentuk 2 lapisan sosial, yaitu:

1. Lapisan sosial yang terdiri dari kaum buruh

2. Lapisan sosial kaum pegawai

Dalam lapisan sosial kedua inilah pendidikan Barat di sekolah – sekolah dan kemampuan / kemahiran bahasa Belanda menjadi syarat utama untuk syarat kenaikkan kelas sosial.

Kebudayaan Eropa pun masuk juga kedalam kebudayaan Indonesia, ialah agama Katolik dan agama Kristen Protestan.

Sudah menjadi watak dan kepribadiaan Timur pada umumnya, serta masyarakat Jawa khusunya, bahwa dalam setiap menerima kebudayaan yang datang dari luar, kebudayaan yang dimilikinya tidaklah diabaikan. Tetapi disesuakin kebudayaan baru itu dengan kebudayaan lama.

Bagi bangsa Indonesia sekarang, sanggupkah menemukan jalan yang tepat guna menumbuhkan kebudayaan yang sehat?

Kebudayaan dan kepribadian

Berbagai penelitiaan Antrophologi budaya menunjukkan bahwa terdapat kolerasi antara corak – corak kepribadian anggota masyarakat, secara garis besar.

Setiap masyarakat mempunyai system nilai dan sistem kaidah sebagai konrektisasi. Nilai dan kaedah berisikan harapan – harapan masyarakat, perihal perilaku yang pantas. Suatu kaidah, misalnya kaidah hukum memberikan batas – batas pada perilaku seseorang. Batas – batas tersebut menjadi suatu “aturan permainan” dalam pergaulan hidup.

Sebaliknya segala yang berbeda dari corak kebudayaan mereka, dianggap rendah, aneh, kurang susila, bertentangan dengan kodrat alam dsb.

Kepribadian bangsa Indonesia yang ramah suka menolong, memiliki sifat kegotong royongan adalah ciri umum dari sekian banyak kepribadian suku – suku bangsa yang berada di Republik Indonesia, dan terpatri menjadi ciri khas kepribadian bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar