ikuti langkah langkah di bawah ini
1.)

2.)

3.)

4.)

bila masih ada kesulitan, harap bbm saya..okeoke
1. Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi
Sikap yang negative terhadap sesuatu, disebut prasangka. Walaupun dapat kita garis bawah bahwa prasangka dapat juga dalam pengertian positif. Tidak sedikit orang orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang orang yang lebih sukar untuk berprasangka.
1.1 Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi
a. Berlatar belakang sejarah
Orang orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka negative terhadap orang orang negro
b. Dilatarbelakangi oleh perkembangan sosio – cultural dan situasional.
Suatu prasangka muncul dan berkembang dari suatu individu terhadap individu lain atau terhadap kelompok social tertentu.
c. Bersumber dari factor kepribadian
Keadaan frustasi dari beberapa orang atau kelompok social tertentu merupakan kondisi yang cukup untuk menimbulkan tingkah laku agresif.
d. Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Bisa ditambah lagi dengan perbedaan pandagan politik, ekonomi dan ideology. Prasangka yang berakar dari hal hal tersebut di atas dapat dikatan sebagai suatu prasangka yang bersifat universal.
1.2. Daya upaya untuk mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi
a. Perbaikan kondisi social ekonomi
Pemerataan pembagunan dan usaha peningkatan pendapatan bagi warga Negara Indonesia yang masih tergolong di bawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan kesenjangan social antar si kaya dan si miskin.
Melalui pelaksanaan program program pembangunan yang mantap yang didukung oleh lembaga lembaga ekonomi pedesaan seperti BUUD dan KUD, juga melalui program Kredit Candak Kulak, Kredit Modal Kerja Permanen, dan dalam sector pertanian dengan program Intensifikasi Khusus, Proyek Perkebunan Inti Rakyat, juga Proyek Tebu Rakyat.
b. Perluasan kesempatan belajar
Adanya usaha usaha pemerintah dalam perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warganegara Indonesia, paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan, terutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah dan kalangan atas.
Untuk mencapai jenjang pendidikan tertentu di perguruan tinggi memang mahal, disamping itu harus memiliki kemampuan otak dan modal. Mereka akan selalu tercecar dan tersisih dalam persaingan memperbutkan bangku sekolah. Masih beruntung bagi mereka yang memiliki kemampuan otak. Jika dapat mencapai prestasi tinggi dan dapat dipertahankan secara konsisten, beasiswa yang aneka ragam itu dapat diraih dan kantongpun tidak akan kering kerontang.
c. Sikap terbuka dan sikap lapang
Harus selalu kita sadari bahwa berbagai tantangan yang datang dari luar ataupun yang datang dari dalam negeri, semuanya akan dapat merongrong keutuhan Negara dan bangsa. Kebhinekaan masyarakat berikut sejumlah nilai yang melekat, merupakan basis empuk bagi timbulnya praskangka, diskriminasi dan keresahan.
2. Etnosentrisme
Setiap suku bangsa atau ras tertentu akan memiliki cirri khas kebudayaan yang sekaligus menjadi kebanggaan mereka. Suka bangsa, ras tersebut dalam kehidupan sehari hari bertingkah laku sejalan dengan norma norma, nilai nilai yang mengandung dan tersirat dalam kebudayaan tersebut.
Suku bangsa, ras tersebut cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah satu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik, kurang estetis, bertentangan dengna kodrat alam dan sebagainya. Hal hal tersebut di atas dikenal sebagai ETNOSENTRISME, yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai nilai dan norma norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme nampaknya merupakan gejala social yang universal, dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian etnosentrisme merupakanda kecendrungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi Nampak canggung, tidak luwes. Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar ideology Chauvinisme pernah dianut oleh orang orang jerman pada zaman nazi hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggur dari bangsa bangsa lain dan memandang bangsa bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista, dsb.
Kaitan Agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figure nabi dalam mengubah kehidupan social, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan relegi, dan sila ketuhanan yang maha esa sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.
1. Fungsi Agama
Untuk mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek penting yang selalu dipelajari, yaitu kebudayaan, system social dan kepribadian. Ketiga aspek tersebut merupakan kompleks fenomena social terpadu yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia, sehingga timbul pertanyaan, sejauh mana fungsi lembaga agama dalam memelihara system, apakah lembaga agama terhadap kebudayaan sebagai suatu system dan sejauh manakah agama dalam mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya. Pertanyaan itu timbul sebab, sejak dulu sampai saat ini, agama itu masih ada dan mempunyai fungsi, bahkan memerankan sejumlah fungsi.
Masalah fungsionalisme agam dapat dianalisis lebih mudah pada komitmen agama. Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson (1984) diklasifikasikan berupa keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan dan konsekuensi
a. Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang religious akan menganut pandangan teologis tertentu
b. Praktek agama mencakup perbuatan perbuatan memuja dan berbakti
c. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu
d. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang orang yang bersikap religious akan memiliki informasi tentang ajaran ajaran pokok keyakingan dan upacara keagamaan
e. Dimensi konsekuensi dari komitmen religious berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.
2. Pelembagaan Agama
Agama begitu universal, permanen, dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak memahami agama, akan sukar memahami masyarakat. Hal yang perlu dijawab dalam memahami lembaga agama adalah, apa dan mengapa agama ada. Unsur unsur dan bentuknya serta fungsi dan struktur agama. Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe
a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai nilai sacral
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain. Sifat sifatnya :
1. Agama memasukkan pengaruhnya yang sacral ke dalam system nlai masyarakat secara mutlak
2. Dalam keadaan lembaga lain selain keluarga relative belum berkembang, agama jelas menjadi focus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini nilai nilai agama sering meningkatkan konservatisme dan menghalangi perubahan
b. Masyarakat Praindustri yang sedang berkembang
Keadaan Masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada system nilai dalam tiap masyarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sakaral dan yang sekluar itu sedikit banyaknya masih dapat dibedakan. Fase fase kehidupan social diisi dengan upacara upacara tertentu. Di lain pihak, agama tidak memberikan dukungan sempurna terhadapa aktivitas sehari hari; agama hanya memberikan dukungan terhadap adat istiadat, dan terkadang merupakan suatu system tingkah laku tandingan terhadap system yang telah disahkan.
1. Ilmu Pengetahuan
Di kalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur yang diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhan karena bermacam macam pandangan dan teori, diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan mendukung dalam mencapai tujuan ilmu itu sendiri, sehingga benar benar objektif, terlepas dari prasangka pribadi yang bersifat subjektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empat hal :
a. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif
b. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi.
c. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
d. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali
2. Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu seni yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi.
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki cirri cirri sebagai berikut :
a. Rasionalitas, artinya tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
b. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
c. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis
d. Teknis berkembang pada suatu kebudayaan
e. Monisme
f. Universalisme
g. Otonomi
3. Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Nilai
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masyarakat seperti nilai dan moral, sebab kurangnya kendali demikian konsekuensinya jauh lebih buruk. Upaya untuk menjinakkan teknologi diantaranya :
1. Mempertimbangkan atau kalau perlu mengganti criteria utama dalam menolak atau menerapkan suatu inovasi teknologi yang didasarkan pada keuntungan ekonomis atau sumbangannya kepada pertumbuhan ekonomi.
2. Pada tingkat konsekuensi social, penerapan teknologi harus merupakan hasil kesepakatan ilmuan social dari berbagai disiplin ilmu.
4.) Kemiskinan
Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki cirri cirri sebagai berikut :
a. tidak memiliki factor produksi sendiri
b. Tidak memiliki kemungkinan untuk meperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri
c. Tingkat pendidikan mereka rendah
d. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
e. Banyak yang hidup di kota berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan
Kalau kita menganut teori fungsionalis dari statifikasi, maka kemiskinan pun memiliki sejumlah fungsi yaitu :
1. Fungsi Ekonomi
2. Fungsi Sosial
3. Fungsi Kultural
4. Fungsi Politik
Walaupun kemiskinan mempunyai fungsi, bukan berarti menyetujui lembaga tersebut, tetapi karena kemiskinan berfungsi maka harus dicarikan fungsi lain sebagai pengganti.